Rabu, 16 Oktober 2013

Faktor Penyebab Pengangguran di Indonesia

Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran, yang tak pernah teratasi setiap tahun. Faktor pengangguran bisa beragam macamnya dan ini tidak boleh diabaikan oleh pemerintah.
Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Walau bukan hal mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama.

Banyaknya Pengangguran
Data pengangguran di Indonesia saat ini sungguh bisa menimbulkan keprihatinan. Betapa tidak, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah pengangguran di negeri ini mencapai sekitar 8% dari jumlah angkatan kerja.
Sekitar 12,8 juta jiwa masyarakat Indonesia menganggur, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu. Ditambah lagi, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad di tahun ini ada penambahan jumlah pengangguran sekitar 1,1 juta, yakni dari tamatan sekolah (perguruan tinggi) yang belum terserap lapangan pekerjaan.
Ada begitu banyak faktor yang menjadi penyebab sulitnya untuk menurunkan data pengangguran di Indonesia. Salah satunya, yaitu kekurangseriusan pemerintah dalam mengurangi jumlah penganggur, paradigma masyarakat yang masih menganggap menjadi pegawai negeri lebih prestise dan lebih menjamin hidup, serta lemahnya mental berusaha sebagai fundamen kokoh memperbaiki kehidupan ekonominya.
Masyarakat tak bisa serta merta hanya mengandalkan peran pemerintah dalam menggusur angka pengangguran tanpa mereka terlibat aktif dalam upaya membebaskan dirinya sendiri paling tidak untuk menganggur.
Keadaan masyarakat yang banyak menganggur jelas akan memengaruhi keadaan ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Masih banyak masyarakat yang menganggur tentu akan membuat produktifitas menurun, pendapatan yang minim, dan berimplikasi pada meningkatkanya jumlah kemiskinan. Jika tak segera dilakukan upaya atau langkah tepat untuk mengatasinya, maka perekonomian di suatu negara berada diambang kehancuran.
Data pengangguran di Indonesia bisa diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan dinyatakan dalam persentase. Pengangguran dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan jumlah GNP (Gross National Product) dan pendapatan per kapitanya.
Di Indonesia ada yang disebut dengan pengangguran terselubung, yakni pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan jumlah pekerja yang minimal dilakukan dengan mempekerjaakan banyak orang.

  • Faktor Pengangguran

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya pengangguran di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.

1. Pendidikan Rendah
Tak bisa dipungkiri, tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan seseorang untuk sulit mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan pekerjaan sendiri, tetap akan kesusahan karena pola pikir dan pengetahuannya tidak berkembang. Ini bukanlah hal mutlak, tetap ada beberapa orang yang berhasil memiliki pekerjaan walau hanya berpendidikan rendah.

2. Kurang Keterampilan
Banyak orang walau hanya lulusan SMP atau SMA, tetap sukses di bidang tertentu karena memiliki suatu keterampilan. Keterampilan yang dimaksud tentu bermacam-macam, mulai dari keahlian di bidang komputer, kerajinan tangan, keterampilan berbisnis atau berdagang, dll.

3. Kurang Lapangan Pekerjaan
Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta.

4. Kurangnya Tingkat EQ Masyarakat
Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan berbicara atau berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan apapun, dibanding orang yang selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi diri.

5. Rasa Malas dan Ketergantungan Diri pada Orang Lain.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hidup pada orang tua atau pada pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk menjadi pengangguran. Selain itu, ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain. Bila banyak lulusan sekolah seperti itu, tingkat pengangguran tentu akan sangat tinggi.

6. Tidak Mau Berwirausaha
Umumnya seseorang yang baru lulus sekolah atau kuliah sangat terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Bila dapat pekerjaan, memang tidak masalah, tapi bila tidak dapat walau sudah terus mencari, ia bisa jadi pengangguran.
Bila banyak lulusan sekolah tidak terlalu fokus dalam melamar kerja, tapi menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja yang berguna bagi orang lain, pastilah angka pengangguran di Indonesia bisa ditekan bahkan bisa jadi tidak ada lagi yang menganggur.

  • Langkah Mengurangi Pengangguran

Dengan naiknya data pengangguran di Indonesia, membuat pemerintah perlu segera memperkuat kuda-kuda untuk mengatasinya. Angka 1,1 juta tambahan penganggur tentu menjadi problem ekonomi yang mesti segera diatasi secara seksama.
Pemerintah, salah satunya diwakili oleh Fadel Muhammad, berupaya untuk mendorong jumlah pengusaha yang baru. Selama ini, di Indonesia baru sekitar 0,18% penduduk yang menjadi pengusaha. Padahal idealnya jumlah pengusaha di negara berkembang, seperti Indonesia, minimal harus 2%.
Perlu segera dilakukan sinergi dengan berbagai pihak (swasta dan masyarakat) untuk membentuk iklim usaha di mana pemerintah melalui departemen terkait bisa menjadi fasilitator utamanya. Semoga mendorong jumlah pengusaha baru dan menekan jumlah pengangguran yang tercatat dalam data pengangguran di Indonesia.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa pengusaha di Indonesia relatif sangat rendah. Untuk itu, di bawah ini akan dipaparkan mengenai kewirausahaan, sehingga diharapkan Anda dapat tertarik untuk mulai berwirausaha.
Kewirausahaan muncul pertama kali pada abad 18, yaitu dengan diawali ditemukannya mesin uap, mesin pemintal, mesin lainnya yang dapat menghasilkan sebuah karya. Dengan mesin-mesin tersebut, mereka  dapat menghasilkan sebuah karya dan berdampak pada pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.
Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki jiwa pemberani dalam mengambil resiko dalam rangka membuka usahanya di berbagai kesempatan. Masalah keuntungan dan kekayaan bagi seorang wirausahawan bukan tujuan utamanya.
Seorang wirausaha yang memiliki jiwa pemberani dalam mengambil resiko berarti dia harus memiliki mental yang mandiri dan berani memulai usahanya, tanpa diliputi rasa takut atau cemas untuk menjalani usahanya.
Di dalam memulai suatu usaha, ada tahapan-tahapan dalam melakukan wirausaha. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap memulai usaha
Pada tahap di mana seorang yang berniat untuk melakukan usaha mulai mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk usahanya. Diawali dengan melihat peluang usaha baru yang memungkinkan untuk membuka usaha barunya. Kemudian melakukan akuisisi atau melakukan franchising. Selain itu, hal yang penting adalah memilih jenis usaha yang akan ditekuni, seperti bidang pertanian, produksi barang, atau jasa.

2. Tahap melaksanakan usaha tersebut
Pada tahap ini, seorang wirausahawan melaksanakan usaha yang telah direncanakannya. Seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya. Aspek-aspek tersebut meliputi pembiayaan, sumber daya manusia, kepemilika, organisasi, kepemimpinan, yaitu meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Tahap mempertahankan usaha
Di dalam tahap ini, wirausahawan menganalisis perkembangan usaha berdasarkan hasil yang dicapainya. Hal tersebut dilakukan untuk meninjaklanjuti kondisi yang dihadapi wirausahawan tersebut.

4. Tahap mengembangkan usaha
Pada tahapan ini, wirausahawan mengembangkan usahanya apabila hasil yang diperolehnya tergolong positif atau mengalami perkembangan dan dapat bertahan. Jadi, wirausahawan mengambil satu pilihan untuk memperluas usahanya.
Apabila masyarakat Indonesia banyak yang berwirausaha, maka jumlah lapangan kerja akan bertambah dan mengurangi jumlah data pengangguran di Indonesia. Jangan takut untuk berwirausaha, meskipun pendidikan yang diperoleh tergolong rendah, tapi kepercayaan diri dan kerja keras dapat membantu usaha yang dijalani menjadi maju dan berkembang.
Begitu juga dengan masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi, jangan malu untuk berwirausaha. Karena berwirausaha bukan sesuatu yang rendah, bahkan untuk berwirausaha juga diperlukan ilmu pengetahuan dan kecerdasan.
Jadi, dari pada bersusah-susah mencari pekerjaan, lebih baik menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang menganggur. Tentu saja dibarengi dengan kerja keras dan usaha yang giat dalam membangun usaha tersebut.
Itulah beberapa faktor pengangguran yang banyak terjadi di Indonesia. Yang paling penting adalah menanamkan sikap untuk bisa menciptakan sesuatu, bukan mendapatkan sesuatu dengan cara mencari. Ini penting ditanamkan pada setiap pelajar sejak dini. Ketika lulus nanti mereka siap menciptakan peluang kerja dan bukan hanya mencari atau melamar pekerjaan yang belum tentu mereka senangi.


0 komentar:

Posting Komentar