1.
|
Prinsip-prinsip Pembelajaran Mufradat
|
|
Kekayaan Mufradat yang dimiliki
oleh bahasa Arab termasuk sangat melimpah, bahkan mungkin paling
banyak di antara bahasa-bahasa di dunia. Walaupun belum ada hasil
penelitian yang menunjukkan mengenai jumlah pasti kosakata Arab,
tetapi dapat dipastikan bahwa jumlahnya ribuan bahkan jutaan kata. Kamus
Arab terbesar dan terlengkap, Lisan al-‘Arab karya Ibnu Manzhur itu
terdiri dari 20 jilid tebal, tentunya memuat ratusan ribu derivasi
dan kosakata.
|
||
Oleh karena tidak mungkin dan
bahkan mustahil semua kosakata/Mufradat diajarkan, maka
diperlukan adanya prinsip-prinsip dalam pemilihan Mufradat. Dan
seorang pakar menyebutkan ada tujuh prinsip dalam pemilihan Mufradat,
(Hendra; 2006)yaitu :
|
||
a.
|
التواتُر ( Frekuensi). Kata yang frekuensi
penggunaannya sering/banyak harus diprioritaskan untuk diajarkan
daripada yang jarang digunakan. Contohnya : kata نَهْر harus lebih
diutamakan daripada kata تُرْعَة yang sama-sama berarti sungai,
karena yang kedua jarang digunakan. Bahkan hanya kata نَهْر yang
digunakan dalam Al-Qur’an.
|
|
b.
|
التوزّع أوالمدى (Range). Maksudnya,
mengutamakan penggunaan kata-kata yang digunakan oleh banyak negara
Arab daripada oleh sebuah negara Arab. Standar dan acuannya adalah
Mu’jam al-Rashid al-Lughawy li al-thifl al-‘araby yang disusun oleh
ISESCO.
|
|
c.
|
المتاحية (Ketersediaan, availability).
Maksudnya, kata yang dikuasai oleh seseorang ketika hendak digunakan
lebih diutamakan daripada yang tidak diketahuinya. Misalnya kata جلس
hampir pasti lebih dahulu diketahui dan dikuasai peserta didik
daripada kata قعد .
|
|
d.
|
الألفة (Familiar), maksudnya, kata yang
lebih familiar (sering didengar dan digunakan) harus diprioritaskan
pembelajarannya daripada kata yang jarang dan langka, meskipun
mempunyai kesamaan arti. Misalnya, kata شمس pasti lebih familiar bagi
kita daripada kata ذُكاء .
|
|
e.
|
الشمول (Ketercakupan,coverage). Maksudnya,
satu kata yang pengertiannya mencakup banyak hal perlu
diprioritaskan daripada kata yang hanya dapat digunakan dalam satu
bidang saja. Misalnya, kata بيت dan kata منزيل. Kata بيت jelas lebih
konprehensif daripada kata منزيل , karena kata yang pertama
(بيت )mencakup berbagai bidang seperti ungkapan :بيتالابرة (البوصلة),
بيت الأنكبوت, القصيدبيت ,اللهبيت , المالبيت, ......
|
|
f.
|
الأهمّية (Kepentingan, signifikance).
Maksudnya, kata yang sedang diperlukan dan dianggap penting untuk
diketahui dan digunakan harus lebih diprioritaskan daripada yang sedang
tidak atau kurang dibutuhkan.
|
|
g.
|
العروبة (Kearaban). Maksudnya, kata yang
berasal dari bahasa Arab sendiri harus lebih diutamakan daripada
pinjaman atau yang diserap dan diarabkan. Contohnya : kata
الهاتفlebih utama daripada التلفون , meskipun peserta didik lebih dahulu
mengenal kata yang kedua (التلفون ). Dalam konteks ini, pendidik
dapat menjelaskan ma’na kata yang pertama (الهاتف ) dengan menyebut kata
yang kedua (التلفون ) sebagai sinonimnya, sehingga pemahaman
peserta didik menjadi lebih cepat dan mantap. Demikian pula
kata-kata المدياع,الحاسوب,الجوّال harus lebih diprioritaskan
daripada kata-kata : الراديو,الكومبيوتر,الموبيل
|
|
2.
|
Teknik Pembelajaran Mufradat
|
|
Tidak jarang orang bertanya
:”Berapa jumlah mufradat yang harus dikuasai (tidak harus dihapal)
agar seseorang dapat lancar berkomunikasi lisan atau tulisan dengan
bahasa Arab?” Sebagian pakar berpendapat bahwa pelajar tingkat dasar
(pemula) cukup menguasai 750 – 1.000 kosakata, tingkat menengah 1.000 –
1.500 kosakata, dan tingkat lanjutan 1.500 – 2.000 kosakata. Pakar
lain menyatakan bahwa mengajar anak dengan 2.000 – 2.500 kosakata
pada tingkat dasar cukup untuk membuatnya mampu berkomunikasi dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan syarat mereka menguasai setruktur
kata dan cara menggunakan kamus. Ada lagi yang berpendapat bahwa
penguasaan 3.000 – 5.000 kosakata cukup untuk menjamin kelancaran
dalam membaca berbagai karya tulis dalam berbagai bidang.
|
||
Terlepas dari perbedaan
tersebut, proses pembelajaran Bahasa Arab, antara lain harus
diarahkan pada pengembangan kosakata ( tanmiyat al-mufradat ) agar
peserta didik memiliki perbendaharaan (modal kebahasaan) yang memadai,
sehingga timbul keberanian untuk berkomunikasi, baik lisan maupun
tulisan. Kelemahan pelajar kita pada umumnya adalah kekurangan
penguasaan kosakata.
|
||
Ada dua metode yang biasanya
digunakan dalam pembelajaran mufradat, khususnya dalam memperjelas
makna kosakata, yaitu : metode kontekstual (السيّاقيّةالطريقة) dan
metode non-kontekstual (الطريقة غيرالسيّاقيّة). (Matsna; 2004) Metode
kontekstual dimaksudkan sebagai cara menjelaskan kosakata melalui
kontekstualisasi kata dalam setruktur kalimat. Asumsinya adalah bahwa
satu kata dalam bahasa Arab terkadang mempunyai banyak makna,
sehingga agar makna difahami, makna kata itu harus diletakkan struktur
kalimat secara kontekstual. Misalnya kata فَتَحَ , maknanya
tidak sekedar membuka secara fisik semata, tetapi juga berkonotasi
mendirikan, memperoleh kemenangan, memudar, dan sebagainya. Perhatikan
contoh kalimat berikut ini :
|
||
فتحالطالبالكتاب ·
|
||
فتحأحمدمتجرا ·
|
||
فتحاللهغليك ·
|
||
انّافتحنالكفتحامبينا ·
|
||
.فتحلونالقميصفصارأبيضبعدأنكاناصفر ·
|
||
Demikian pula, ketika
menjelaskan makna harf min (مِنْ), pendidik perlu melakukan
kontekstualisasi agar ragam makna min (مِنْ) dapat difahami dari konteks
kalimatnya, baik yang berarti dari, sebagian/termasuk, maupun yang
bermakna di dan karena.
|
||
Adapun Teknik/Langkah-langkah
yang dapat ditempuh pendidik dalam menjelaskan makna mufradat, adalah
sebagai berikut (Muhbib; 2004) :
|
||
1.
|
Menunjuk/memperlihatkan (اشارةأوابرازاشياء )
benda atau sesuatu yang langsung berhubungan dengan kosakata yang
sedang diperkenalkan atau diajarkan, seperti kataكرسى dengan menunjuk
kursi yang ada dekat pendidik atau yang sedang diduduki peserta
didik; dan kata قلم sambil memperlihatkan pena pendidik atau memegang
dan mengangkat pena peserta didik. Jika bendanya tidak mungkin
dihadirkan, pendidik dapat menggunakan gambar, membuat sket,
ilustrasi dan sebagainya.
|
|
2.
|
Dramatisasi (تمثيلالمعنى). Dalam hal ini
memperagakan “membuka buku” untuk menjelaskan makna kata kerja يفتح
- فتح atau menulis pelajaran pada papan tulis untuk menjelaskan
makna kata يكتب - كتب .
|
|
3.
|
Bermain peranan (لعب الدور). Dalam hal ini
pendidik dapat memainkan peran sesuai dengan kosakata yang hendak
diajarkan. Misalnya, pendidik memerankan orang yang sedang merasa
kesakitan, untuk menjelaskan kata يحسّ بألمatau menjelaskan ungkapan
مريضأنا .
|
|
4.
|
Menyebutkan antonim ( ذكرالمتضادات).
Misalnya, ketika menjelaskan kata ساخن , pendidik dapat
menyebutkan antonimnya, yaitu بارد .
|
|
5.
|
Menyebutkan sinonim ( ذكرالمترادفات). Misalnya
ketika menjelaskan kata صمصام, pendidik dapat menyebutkan
sinonimnya, yaitu سيف.
|
|
6.
|
Memberikan asosiasi makna ( تداعيالمعاني).
Ketika menjelaskan kata عائلة pendidik dapat memberikan asosiasi
dengan menyebutkan kata-kata seperti زوج, زوجة, أولاد, شقيقأخ, ... .
hal ini penting dilakukan agar pikiran peserta didik tertuju kepada
suatu pengertian, yaitu keluarga.
|
|
7.
|
Menyebut akar kata dan devirasinya
(ومشتقاتهاذكرأصل الكلمة). Ketika menjelaskan kata مكاتبة , pendidik
dapat menunjukan akar kata berikut beberapa devirasi atau yang
menjadi turunannya, seperti كتب, كتاب, كاتب, مكتوب, ..., sehingga
peserta didik berusaha memahaminya sesuai dengan konteks kalimatnya.
|
|
8.
|
Menjelaskan maksud atau pengertian kata
melalui definisi, ciri-ciri, dan sebagainya. Misalnya, ketika
berusaha memahamkan maknaكنيسة , pendidik dapat menyetakan يعبد ويصلّي
فيه النصارىمكان . pendidik dapat juga menyebut nama yang bagi peserta
didik langsung dapat difahami, seperti : "ريفوبليكا" جريدة,
"موناس"برج , "بوروبودور"معبد , وغيرها
|
|
9.
|
Meminta peserta didik membaca berulang kali,
terutama ketika mendapat kosakata baru dalam sebuah teks. Dengan
beberapa kali membaca dan menerka kata tertentu dalam teks itu,
niscaya maknanya dapat difahami.
|
|
10.
|
Membuka dan mencari makna kata dalam kamus (القاموسالبحث في).
|
|
11.
|
Menterjemahkan langsung ke dalam bahasa
Ibu. Ini merupakan jalan pintas dan cara terakhir bila seluruh cara
tidak dapat dilakukan dan peserta didik tidak juga memahaminya dengan
baik. Pendidik diharapkan tidak “memanjakan” peserta didiknya dengan
cara terakhir ini, karena hal ini dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan kebahasaan peserta didik, seperti malas berfikir, malas
mencari dalam kamus, malas berasosiasi, dan sebagainya.
|
Sabtu, 05 Oktober 2013
Prinsip dan Teknik Pembelajaran Mufradat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar